Rabu, 02 Desember 2015

TENANGNYA PULAU BENGKARU


Pulau Bengkaru merupakan pulau yang berada di Aceh Singkil. Tepatnya di Kepulauan Bangkaru Kec. Pulau Banyak. Di Pulau Bengkuru ini biasanya wisatawan bisa bermain selancar, snorkeling maupun berenang. Selain itu hal yang membuat menarik pulau ini adalah adanya penangkaran penyu hijau. Untuk menuju ke pulau Bengkaru prasarana perhubungannya lumayan baik, bisa dengan menggunakan speed boat maupun jasa penyebrangan kapal feri. 

PULAU CEMARA INDAH DI PANTAI GOSTEL



Berkunjung ke Aceh Singkil rasanya tidak lengkap jika tidak mengunjungi pulau cemara indah, terletak  di Desa Gosong Telaga, Kecamatan Singkil Utara , Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh. Hanya dengan menempuh perjalanan sekitar 25 km dari ibu kota kabupaten untuk sampai ke pantai gosong atau disebut juga dengan pantai Gostel.

Pemandangan yang terhampai masing sangat asri, pasir-pasir putih dipinggiran panati begitu bersih.Pohon-pohon cemara yang memagari pantai sangat cocok dijadikan tempat untuk beristirahat. Pemerintah setempat terus memfasilitasi pembangunan berbagai fasilitas seperti tempat ibadah, kafe, warung-warung, lahan parkir dan tempat bermain anak demi kenyaman para pengunjung untuk menikamati panati Gostel.

AIR TERJUN LAE GECIH


Objek wisata yang satu ini merupakan wisata Air terjun Lae Gecih  yang berlokasi di Desa Kuta Tinggi atau Lae Gecih Kec. Simpang Kanan. Dari ibukota kabupaten dapat ditempuh dengan jarak sekitar 90 kilometer. Aktifitas yang dilakukan penduduk setempat mayoritas adalah bertani dan budidaya ikan air tawar.

Terletak di Desa Kuta Tinggi atau Lae Gecih Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Aceh Singkil, Air Terjun Lae Gecih menjadi salah satu spot wisata yang sayang untuk dilewatkan. Untuk mencapai tempat ini Anda akan melewati pedesaan Kuta tinggi yang masih alami.
Memasuki desa kecil dengan profesi masyarakat membudidaya ikan air tawar dan petani ini akan terasa nuansa dan citarasa pedesaan yang sangat alami. Kegiatan masyarakat desa yang menggarap sawah atau ibu-ibu menjemur padi didepan rumah menjadi salahsatu bagian dari perjalanan yang tak sangat istimewa menuju lokasi wisata air terjun Lae Gecih.
Bila perjalanan ke lokasi wisata pada pagi hari, disepanjang jalan pemandangan persawah menghijau, mengembun dan tenang. Memasuki daerah air terjun, suara gemuruhnya membakar semangat untuk ingin segera terjun kedalam sungai. Lokasi air terjun ramai dikunjungi pada hari libur, pada hari biasa penduduk setempat menjadikan sungai Lae Gecih untuk mandi. Anak-anak punya atraksi tersendiri melompat, berenang atau bermain sembunyi batu kedalam air dan banyak hal lainnya yang pasti sangat menyenangkan.
Jarak dengan ibukota kabupaten yaitu kira2 90 km dan kecamatan 20 km. Ditempat ini Anda akan merasakan udara yang sejuk dengan air terjunnya yang jernih, disini juga terdapat banyak pepohonan yang hijau membuat tempat ini menjadi sangat indah. Bila ingin perjalanan tak terlupakan, sebaiknya gunakan sepeda agar bisa menikmati dengan jelas suasana pedesaan Lae Gecih yang jauh dari hiruk pikuk kesibukan kota.

Selasa, 01 Desember 2015

LEGENDA ATU BELAH (BATU TERBELAH)


 Atu belah berada di desa Penarun Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah, hidup satu keluarga miskin. Keluarga itu mempunyai dua orang anak, yang tua berusia tujuh tahun dan yang kecil masih kecil. Ayah kedua anak itu hidup sebagai petani, pada waktu senggangnya ia selalu berburu rusa di hutan, berikut Ceritanya.
Pada jaman dahulu di tanah Gayo, Aceh – hiduplah sebuah keluarga petani yang sangat miskin. Ladang yang mereka punyai pun hanya sepetak kecil saja sehingga hasil ladang mereka tidak mampu untuk menyambung hidup selama semusim, sedangkan ternak mereka pun hanya dua ekor kambing yang kurus dan sakit-sakitan. Oleh karena itu, untuk menyambung hidup keluarganya, petani itu menjala ikan di sungai Krueng Peusangan atau memasang jerat burung di hutan. Apabila ada burung yang berhasil terjerat dalam perangkapnya, ia akan membawa burung itu untuk dijual ke kota.


Suatu ketika, terjadilah musim kemarau yang amat dahsyat. Sungai-sungai banyak yang menjadi kering, sedangkan tanam-tanaman meranggas gersang. Begitu pula tanaman yang ada di ladang petani itu. Akibatnya, ladang itu tidak memberikan hasil sedikit pun. Petani ini mempunyai dua orang anak. Yang sulung berumur delapan tahun bernama Sulung, sedangkan adiknya Bungsu baru berumur satu tahun. Ibu mereka kadang-kadang membantu mencari nafkah dengan membuat periuk dari tanah liat. Sebagai seorang anak, si Sulung ini bukan main nakalnya. Ia selalu merengek minta uang, padahal ia tahu orang tuanya tidak pernah mempunyai uang lebih. Apabila ia disuruh untuk menjaga adiknya, ia akan sibuk bermain sendiri tanpa peduli apa yang dikerjakan adiknya. Akibatnya, adiknya pernah nyaris tenggelam di sebuah sungai.

Pada suatu hari, si Sulung diminta ayahnya untuk pergi mengembalakan kambing ke padang rumput. Agar kambing itu makan banyak dan terlihat gemuk sehingga orang mau membelinya agak mahal. Besok, ayahnya akan menjualnya ke pasar karena mereka sudah tidak memiliki uang. Akan tetapi, Sulung malas menggembalakan kambingnya ke padang rumput yang jauh letaknya.

“Untuk apa aku pergi jauh-jauh, lebih baik disini saja sehingga aku bisa tidur di bawah pohon ini,” kata si Sulung. Ia lalu tidur di bawah pohon. Ketika si Sulung bangun, hari telah menjelang sore. Tetapi kambing yang digembalakannya sudah tidak ada. Saat ayahnya menanyakan kambing itu kepadanya, dia mendustai ayahnya. Dia berkata bahwa kambing itu hanyut di sungai. Petani itu memarahi si Sulung dan bersedih, bagaimana dia membeli beras besok.

Akhirnya, Petani itu memutuskan untuk berangkat ke hutan untuk berburu rusa, di rumah tinggal istri dan kedua anaknya, pada waktu makan, anak yang sulung merajuk, karena di meja tidak ada daging sebagai teman nasinya. Karena di rumah memang tidak ada persediaan lagi, maka kejadian ini membuat ibunya bingung memikirkan bagaimana dapat memenuhi keinginan anaknya yang sangat dimanjakannya itu.

Akhirnya si ibu menyuruh anaknya tersebut untuk mengambil belalang yang berada di dalam lumbung. (padahal sebelumnya siayah memesan kepada sang ibu jangan di buka lumbung yang berisikan belalang itu), Ketika si anak membuka tutup lumbung, rupanya ia kurang berhati-hati, sehingga menyebabkan semua belalang itu habis berterbangan ke luar.

Sementara itu ayahnya pulang dari berburu, ia kelihatannya sedang kesal, karena tidak berhasil memperoleh seekor rusa pun. Kemudia ia sangat marah ketika mengetahui semua belalang yang telah di kumpulkan dengan susah payah telah lenyap hanya dalam tempo sekejap.

Kemudian, dalam keadaan lupa diri si ayah menghajar isterinya hingga babak belur dan menyeretnya keluar rumah. Dan kemudian tega memotong sebelah (maaf) payudara istrinya, dan memanggangnya, untuk dijadikan teman nasinya. Kemudian wanita malang yang berlumuran darah dan dalam kesakitan itu segera meninggalkan rumahnya.

Dalam keadaan keputusasaan si wanita tersebut pergi ke hutan, di dalam hutan tersebut si ibu menemukan sebongkah batu, dengan keputusasaan si ibu meminta kepada batu untuk dapat menelannya, agar penderitaan yang di rasakanya berakhir.

Selepas itu si ibu bersyair dengan kata-kata, “Atu belah, atu bertangkup nge sawah pejaying te masa dahulu,” kalau diartikan dalam bahasa indonesia “Batu Belah, batu bertangkup, sudah tiba janji kita masa yang lalu. “Kata-kata” itu dinyanyikan berkali-kali secara lirih sekali oleh ibu yang malang itu.

Sesaat kemudian, Tiba-tiba suasana berubah, cuaca yang sebelumya cerah mejadi gelap disertai dengan petir dan angin besar, dan pada saat itu pula batu bersebut terbelah menjadi dua dengan perlahan-lahan tanpa ragu lagi si ibu melangkahkan kakinya masuk ke tengah belahan batu tersebut. Setelah itu batu yang terbelah menjadi dua tersebut kembali menyatu.

Si ayah dan kedua anaknya tersebut mencari si ibu, tetapi tidak menemukannya, mereka hanya menemukan beberapa helai rambut diatas sebuah batu besar, rambut tersebut adalah milik si ibu yang tertinggal ketika masuk kedalam atu belah.

Ia menangis keras dan memanggil ibunya sampai berjanji tidak akan nakal lagi, namun penyesalan itu datangnya sudah terlambat. Ibunya telah menghilang ditelan Batu Belah.

Cerita Rakyat ini adalah cerita rakyat yang banyak di kenal anak-anak di masyarakat gayo. Mereka menggolongkannya sebagai legenda, Karena oleh penduduk gayo kejadian ini benar-benar terjadi di daerah mereka. Untuk membuktikannya mereka dapat menunjukkan kepada kita sebuah betu besar yang terletak kira-kira 35 km dari kota Takengon di Gayo.

LEGENDA GOA PUTRI PUKES



Gua putri pukes terletak dikaki bukit kecamatan kebayakan arah menuju ke kecamatan Nosar Kabupaten Aceh Tengah, menurut geografis Indonesia goa ini berada pada titik koordinat N 4 38’ 28’,4 “   E 96  52’ 59,9’. Untuk menuju lokasi goa ini melewati jalan pinggiran danau laut tawar sekitar kira-kira sekitar 2 km dari ibu kota Takengon
Menurut lagenda Putri Pukes berasal dari tanah Gayo, yang mengisah seorang putri raja yang menyukai seorang pangeran kerajaan lain, kemudian memohon pada orang tuanya agar mareka di nikahkan, awalnya orang tua putri  pukes tidak menyetujui dengan pangeran yang di cintainya karena negeri pangeran sangat jauh namun putri dan pangeran sangat gigih memperjuangkan cintanya, akhirnya kedua orangtua mereka merestuinya. Setelah mareka dinikahkan, putri harus tinggal bersama di kerajaan suaminya. Putri pukes minta ijin dan pamit pada orang tuanya dan diantar oleh pengawal, saat itu hati kedua orang tua putri sangat berat dan sangat sedih untuk  melepaskan anaknya namun apa hendak dikata putri sudah menjadi milik suamianya. Ketika putri mohon pamit pada orang tuanya, kedua orang tua putri berpesan “anakku jika kamu pergi menyusul suamimu maka  pergilah dengan damai dan ikhlas kalaupun kamu rindu  jangan melihat ke belakang” dalam perjalanan putri rasa rindu pada orang tua begitu membara sehingga dia lupa dan tanpa sengaja melihat ke belakang, seketika itu pula datang petir dan hujanpun turun dengan deras sekali, mareka bersama robongan pengawal berteduh didalam sebuah goa yaitu goa Putri pukes yang dikenal saat ini, saat itu di dalam goa putri pukes terasa dingin dan secara perlahan-lahan merasa tubuhnya mengeras dan menjadi batu. inilah foto didalam gua 

Gua putri pukes berada di pinggran jalan menghadap ke danau laut tawar, untuk memasuki ke dalam goa naik keatas melalui bibir pintu goa, kemudian masuk kedalam turun melalui tangga yang sudah disemen sekitar 6 meter, goa sudah terang karena sudah disedia fasilitas penerangan listrik.
 Mulut goa atau pintu masuk goa  luas 1,5 m eter, memiliki Panjang  kedalam 10 meter lebarnya 8 meter luas  1,5 m tinggi rata-rata 2,50 meter dan kedalaman 10,80 meter  Di dalam gua Putri Pukes tersebut terdapat batu yang dipercayai Putri Pukes yang telah menjadi batu, sumur besar, kendi yang sudah menjadi batu, dan tempat duduk untuk bersemedi (bertapa)  orang masa dahulu.( Sumber Bapak  Abdullah penjaga goa).

Senin, 30 November 2015

MAKAM RAJA LINGE DI ACEH TENGAH



Pada abad ke-11, Kerajaan Linge didirikan oleh orang-orang Gayo pada era pemerintahan Sultan Makhdum Johan Berdaulat Mahmud Syah dari Kesultanan Perlak. Informasi ini diketahui dari keterangan Raja Uyem dan anaknya Raja Ranta yaitu Raja Cik Bebesen dan dari Zainuddin yaitu dari raja-raja Kejurun Bukit yang kedua-duanya pernah berkuasa sebagai raja di era kolonial Belanda.
Raja Linge I, disebutkan mempunyai 4 orang anak. Yang tertua seorang wanita bernama Empu Beru atau Datu Beru, yang lain Sebayak Lingga (Ali Syah), Meurah Johan (Johan Syah) dan Meurah Lingga (Malamsyah).
Sebayak Lingga kemudian merantau ke tanah Karo dan membuka negeri di sana dia dikenal dengan Raja Lingga Sibayak. Meurah Johan mengembara ke Aceh Besar dan mendirikan kerajaannya yang bernama Lam Krak atau Lam Oeii atau yang dikenal dengan Lamuri atau Kesultanan Lamuri. Ini berarti Kesultanan Lamuri di atas didirikan oleh Meurah Johan sedangkan Meurah Lingga tinggal di Linge, Gayo, yang selanjutnya menjadi raja Linge turun termurun. Meurah Silu bermigrasi ke daerah Pasai dan menjadi pegawai Kesultanan Daya di Pasai. Meurah Mege sendiri dikuburkan di Wih ni Rayang di Lereng Keramil Paluh di daerah Linge, Aceh Tengah. Sampai sekarang masih terpelihara dan dihormati oleh penduduk.
Penyebab migrasi tidak diketahui. Akan tetapi menurut riwayat dikisahkan bahwa Raja Linge lebih menyayangi bungsunya Meurah Mege. Sehingga membuat anak-anaknya yang lain lebih memilih untuk mengembara.
Jika kita berkunjung ke makam Raja Linge kita dapat melihat rumah adat dengan nama Rumah PIntu Ruang ( rumah yang memiliki tujuh pintu) dan sebuah sumur tua yang tidak pernah kering. Letak Kecamatn Linge hanya berjarak tempuh 70 km dari kota Takengon.

TENANGNYA PEMANDANGAN KUALA MEURISI



Terletak di desa Ketapang, Kecamatan Krueng Sabee Kuala Meurisi Merupakan salah satu teampat wisata yang cocok dijadikan  tempat rekreasi untuk menikmati pantai dengan suasana yang sepi dan tenang. Dengan garis pantai yang panjang dan ombak yang kecil  membuat pantai Kuala Meurisi sangat aman untuk bermain air di tepi pantai. Untuk menikamati deburan ombak dari tepi pantai anda bisa menggelar tikar, merasakan hawa sejuk hembusan angin pantai. Tak jarang juga Pantai kuala Meurisi dijadikan lokasi berselancar bagi peselancar karena ombaknya sangat cocok untuk olahraga air.