Rabu, 02 Desember 2015

TENANGNYA PULAU BENGKARU


Pulau Bengkaru merupakan pulau yang berada di Aceh Singkil. Tepatnya di Kepulauan Bangkaru Kec. Pulau Banyak. Di Pulau Bengkuru ini biasanya wisatawan bisa bermain selancar, snorkeling maupun berenang. Selain itu hal yang membuat menarik pulau ini adalah adanya penangkaran penyu hijau. Untuk menuju ke pulau Bengkaru prasarana perhubungannya lumayan baik, bisa dengan menggunakan speed boat maupun jasa penyebrangan kapal feri. 

PULAU CEMARA INDAH DI PANTAI GOSTEL



Berkunjung ke Aceh Singkil rasanya tidak lengkap jika tidak mengunjungi pulau cemara indah, terletak  di Desa Gosong Telaga, Kecamatan Singkil Utara , Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh. Hanya dengan menempuh perjalanan sekitar 25 km dari ibu kota kabupaten untuk sampai ke pantai gosong atau disebut juga dengan pantai Gostel.

Pemandangan yang terhampai masing sangat asri, pasir-pasir putih dipinggiran panati begitu bersih.Pohon-pohon cemara yang memagari pantai sangat cocok dijadikan tempat untuk beristirahat. Pemerintah setempat terus memfasilitasi pembangunan berbagai fasilitas seperti tempat ibadah, kafe, warung-warung, lahan parkir dan tempat bermain anak demi kenyaman para pengunjung untuk menikamati panati Gostel.

AIR TERJUN LAE GECIH


Objek wisata yang satu ini merupakan wisata Air terjun Lae Gecih  yang berlokasi di Desa Kuta Tinggi atau Lae Gecih Kec. Simpang Kanan. Dari ibukota kabupaten dapat ditempuh dengan jarak sekitar 90 kilometer. Aktifitas yang dilakukan penduduk setempat mayoritas adalah bertani dan budidaya ikan air tawar.

Terletak di Desa Kuta Tinggi atau Lae Gecih Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Aceh Singkil, Air Terjun Lae Gecih menjadi salah satu spot wisata yang sayang untuk dilewatkan. Untuk mencapai tempat ini Anda akan melewati pedesaan Kuta tinggi yang masih alami.
Memasuki desa kecil dengan profesi masyarakat membudidaya ikan air tawar dan petani ini akan terasa nuansa dan citarasa pedesaan yang sangat alami. Kegiatan masyarakat desa yang menggarap sawah atau ibu-ibu menjemur padi didepan rumah menjadi salahsatu bagian dari perjalanan yang tak sangat istimewa menuju lokasi wisata air terjun Lae Gecih.
Bila perjalanan ke lokasi wisata pada pagi hari, disepanjang jalan pemandangan persawah menghijau, mengembun dan tenang. Memasuki daerah air terjun, suara gemuruhnya membakar semangat untuk ingin segera terjun kedalam sungai. Lokasi air terjun ramai dikunjungi pada hari libur, pada hari biasa penduduk setempat menjadikan sungai Lae Gecih untuk mandi. Anak-anak punya atraksi tersendiri melompat, berenang atau bermain sembunyi batu kedalam air dan banyak hal lainnya yang pasti sangat menyenangkan.
Jarak dengan ibukota kabupaten yaitu kira2 90 km dan kecamatan 20 km. Ditempat ini Anda akan merasakan udara yang sejuk dengan air terjunnya yang jernih, disini juga terdapat banyak pepohonan yang hijau membuat tempat ini menjadi sangat indah. Bila ingin perjalanan tak terlupakan, sebaiknya gunakan sepeda agar bisa menikmati dengan jelas suasana pedesaan Lae Gecih yang jauh dari hiruk pikuk kesibukan kota.

Selasa, 01 Desember 2015

LEGENDA ATU BELAH (BATU TERBELAH)


 Atu belah berada di desa Penarun Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah, hidup satu keluarga miskin. Keluarga itu mempunyai dua orang anak, yang tua berusia tujuh tahun dan yang kecil masih kecil. Ayah kedua anak itu hidup sebagai petani, pada waktu senggangnya ia selalu berburu rusa di hutan, berikut Ceritanya.
Pada jaman dahulu di tanah Gayo, Aceh – hiduplah sebuah keluarga petani yang sangat miskin. Ladang yang mereka punyai pun hanya sepetak kecil saja sehingga hasil ladang mereka tidak mampu untuk menyambung hidup selama semusim, sedangkan ternak mereka pun hanya dua ekor kambing yang kurus dan sakit-sakitan. Oleh karena itu, untuk menyambung hidup keluarganya, petani itu menjala ikan di sungai Krueng Peusangan atau memasang jerat burung di hutan. Apabila ada burung yang berhasil terjerat dalam perangkapnya, ia akan membawa burung itu untuk dijual ke kota.


Suatu ketika, terjadilah musim kemarau yang amat dahsyat. Sungai-sungai banyak yang menjadi kering, sedangkan tanam-tanaman meranggas gersang. Begitu pula tanaman yang ada di ladang petani itu. Akibatnya, ladang itu tidak memberikan hasil sedikit pun. Petani ini mempunyai dua orang anak. Yang sulung berumur delapan tahun bernama Sulung, sedangkan adiknya Bungsu baru berumur satu tahun. Ibu mereka kadang-kadang membantu mencari nafkah dengan membuat periuk dari tanah liat. Sebagai seorang anak, si Sulung ini bukan main nakalnya. Ia selalu merengek minta uang, padahal ia tahu orang tuanya tidak pernah mempunyai uang lebih. Apabila ia disuruh untuk menjaga adiknya, ia akan sibuk bermain sendiri tanpa peduli apa yang dikerjakan adiknya. Akibatnya, adiknya pernah nyaris tenggelam di sebuah sungai.

Pada suatu hari, si Sulung diminta ayahnya untuk pergi mengembalakan kambing ke padang rumput. Agar kambing itu makan banyak dan terlihat gemuk sehingga orang mau membelinya agak mahal. Besok, ayahnya akan menjualnya ke pasar karena mereka sudah tidak memiliki uang. Akan tetapi, Sulung malas menggembalakan kambingnya ke padang rumput yang jauh letaknya.

“Untuk apa aku pergi jauh-jauh, lebih baik disini saja sehingga aku bisa tidur di bawah pohon ini,” kata si Sulung. Ia lalu tidur di bawah pohon. Ketika si Sulung bangun, hari telah menjelang sore. Tetapi kambing yang digembalakannya sudah tidak ada. Saat ayahnya menanyakan kambing itu kepadanya, dia mendustai ayahnya. Dia berkata bahwa kambing itu hanyut di sungai. Petani itu memarahi si Sulung dan bersedih, bagaimana dia membeli beras besok.

Akhirnya, Petani itu memutuskan untuk berangkat ke hutan untuk berburu rusa, di rumah tinggal istri dan kedua anaknya, pada waktu makan, anak yang sulung merajuk, karena di meja tidak ada daging sebagai teman nasinya. Karena di rumah memang tidak ada persediaan lagi, maka kejadian ini membuat ibunya bingung memikirkan bagaimana dapat memenuhi keinginan anaknya yang sangat dimanjakannya itu.

Akhirnya si ibu menyuruh anaknya tersebut untuk mengambil belalang yang berada di dalam lumbung. (padahal sebelumnya siayah memesan kepada sang ibu jangan di buka lumbung yang berisikan belalang itu), Ketika si anak membuka tutup lumbung, rupanya ia kurang berhati-hati, sehingga menyebabkan semua belalang itu habis berterbangan ke luar.

Sementara itu ayahnya pulang dari berburu, ia kelihatannya sedang kesal, karena tidak berhasil memperoleh seekor rusa pun. Kemudia ia sangat marah ketika mengetahui semua belalang yang telah di kumpulkan dengan susah payah telah lenyap hanya dalam tempo sekejap.

Kemudian, dalam keadaan lupa diri si ayah menghajar isterinya hingga babak belur dan menyeretnya keluar rumah. Dan kemudian tega memotong sebelah (maaf) payudara istrinya, dan memanggangnya, untuk dijadikan teman nasinya. Kemudian wanita malang yang berlumuran darah dan dalam kesakitan itu segera meninggalkan rumahnya.

Dalam keadaan keputusasaan si wanita tersebut pergi ke hutan, di dalam hutan tersebut si ibu menemukan sebongkah batu, dengan keputusasaan si ibu meminta kepada batu untuk dapat menelannya, agar penderitaan yang di rasakanya berakhir.

Selepas itu si ibu bersyair dengan kata-kata, “Atu belah, atu bertangkup nge sawah pejaying te masa dahulu,” kalau diartikan dalam bahasa indonesia “Batu Belah, batu bertangkup, sudah tiba janji kita masa yang lalu. “Kata-kata” itu dinyanyikan berkali-kali secara lirih sekali oleh ibu yang malang itu.

Sesaat kemudian, Tiba-tiba suasana berubah, cuaca yang sebelumya cerah mejadi gelap disertai dengan petir dan angin besar, dan pada saat itu pula batu bersebut terbelah menjadi dua dengan perlahan-lahan tanpa ragu lagi si ibu melangkahkan kakinya masuk ke tengah belahan batu tersebut. Setelah itu batu yang terbelah menjadi dua tersebut kembali menyatu.

Si ayah dan kedua anaknya tersebut mencari si ibu, tetapi tidak menemukannya, mereka hanya menemukan beberapa helai rambut diatas sebuah batu besar, rambut tersebut adalah milik si ibu yang tertinggal ketika masuk kedalam atu belah.

Ia menangis keras dan memanggil ibunya sampai berjanji tidak akan nakal lagi, namun penyesalan itu datangnya sudah terlambat. Ibunya telah menghilang ditelan Batu Belah.

Cerita Rakyat ini adalah cerita rakyat yang banyak di kenal anak-anak di masyarakat gayo. Mereka menggolongkannya sebagai legenda, Karena oleh penduduk gayo kejadian ini benar-benar terjadi di daerah mereka. Untuk membuktikannya mereka dapat menunjukkan kepada kita sebuah betu besar yang terletak kira-kira 35 km dari kota Takengon di Gayo.

LEGENDA GOA PUTRI PUKES



Gua putri pukes terletak dikaki bukit kecamatan kebayakan arah menuju ke kecamatan Nosar Kabupaten Aceh Tengah, menurut geografis Indonesia goa ini berada pada titik koordinat N 4 38’ 28’,4 “   E 96  52’ 59,9’. Untuk menuju lokasi goa ini melewati jalan pinggiran danau laut tawar sekitar kira-kira sekitar 2 km dari ibu kota Takengon
Menurut lagenda Putri Pukes berasal dari tanah Gayo, yang mengisah seorang putri raja yang menyukai seorang pangeran kerajaan lain, kemudian memohon pada orang tuanya agar mareka di nikahkan, awalnya orang tua putri  pukes tidak menyetujui dengan pangeran yang di cintainya karena negeri pangeran sangat jauh namun putri dan pangeran sangat gigih memperjuangkan cintanya, akhirnya kedua orangtua mereka merestuinya. Setelah mareka dinikahkan, putri harus tinggal bersama di kerajaan suaminya. Putri pukes minta ijin dan pamit pada orang tuanya dan diantar oleh pengawal, saat itu hati kedua orang tua putri sangat berat dan sangat sedih untuk  melepaskan anaknya namun apa hendak dikata putri sudah menjadi milik suamianya. Ketika putri mohon pamit pada orang tuanya, kedua orang tua putri berpesan “anakku jika kamu pergi menyusul suamimu maka  pergilah dengan damai dan ikhlas kalaupun kamu rindu  jangan melihat ke belakang” dalam perjalanan putri rasa rindu pada orang tua begitu membara sehingga dia lupa dan tanpa sengaja melihat ke belakang, seketika itu pula datang petir dan hujanpun turun dengan deras sekali, mareka bersama robongan pengawal berteduh didalam sebuah goa yaitu goa Putri pukes yang dikenal saat ini, saat itu di dalam goa putri pukes terasa dingin dan secara perlahan-lahan merasa tubuhnya mengeras dan menjadi batu. inilah foto didalam gua 

Gua putri pukes berada di pinggran jalan menghadap ke danau laut tawar, untuk memasuki ke dalam goa naik keatas melalui bibir pintu goa, kemudian masuk kedalam turun melalui tangga yang sudah disemen sekitar 6 meter, goa sudah terang karena sudah disedia fasilitas penerangan listrik.
 Mulut goa atau pintu masuk goa  luas 1,5 m eter, memiliki Panjang  kedalam 10 meter lebarnya 8 meter luas  1,5 m tinggi rata-rata 2,50 meter dan kedalaman 10,80 meter  Di dalam gua Putri Pukes tersebut terdapat batu yang dipercayai Putri Pukes yang telah menjadi batu, sumur besar, kendi yang sudah menjadi batu, dan tempat duduk untuk bersemedi (bertapa)  orang masa dahulu.( Sumber Bapak  Abdullah penjaga goa).

Senin, 30 November 2015

MAKAM RAJA LINGE DI ACEH TENGAH



Pada abad ke-11, Kerajaan Linge didirikan oleh orang-orang Gayo pada era pemerintahan Sultan Makhdum Johan Berdaulat Mahmud Syah dari Kesultanan Perlak. Informasi ini diketahui dari keterangan Raja Uyem dan anaknya Raja Ranta yaitu Raja Cik Bebesen dan dari Zainuddin yaitu dari raja-raja Kejurun Bukit yang kedua-duanya pernah berkuasa sebagai raja di era kolonial Belanda.
Raja Linge I, disebutkan mempunyai 4 orang anak. Yang tertua seorang wanita bernama Empu Beru atau Datu Beru, yang lain Sebayak Lingga (Ali Syah), Meurah Johan (Johan Syah) dan Meurah Lingga (Malamsyah).
Sebayak Lingga kemudian merantau ke tanah Karo dan membuka negeri di sana dia dikenal dengan Raja Lingga Sibayak. Meurah Johan mengembara ke Aceh Besar dan mendirikan kerajaannya yang bernama Lam Krak atau Lam Oeii atau yang dikenal dengan Lamuri atau Kesultanan Lamuri. Ini berarti Kesultanan Lamuri di atas didirikan oleh Meurah Johan sedangkan Meurah Lingga tinggal di Linge, Gayo, yang selanjutnya menjadi raja Linge turun termurun. Meurah Silu bermigrasi ke daerah Pasai dan menjadi pegawai Kesultanan Daya di Pasai. Meurah Mege sendiri dikuburkan di Wih ni Rayang di Lereng Keramil Paluh di daerah Linge, Aceh Tengah. Sampai sekarang masih terpelihara dan dihormati oleh penduduk.
Penyebab migrasi tidak diketahui. Akan tetapi menurut riwayat dikisahkan bahwa Raja Linge lebih menyayangi bungsunya Meurah Mege. Sehingga membuat anak-anaknya yang lain lebih memilih untuk mengembara.
Jika kita berkunjung ke makam Raja Linge kita dapat melihat rumah adat dengan nama Rumah PIntu Ruang ( rumah yang memiliki tujuh pintu) dan sebuah sumur tua yang tidak pernah kering. Letak Kecamatn Linge hanya berjarak tempuh 70 km dari kota Takengon.

TENANGNYA PEMANDANGAN KUALA MEURISI



Terletak di desa Ketapang, Kecamatan Krueng Sabee Kuala Meurisi Merupakan salah satu teampat wisata yang cocok dijadikan  tempat rekreasi untuk menikmati pantai dengan suasana yang sepi dan tenang. Dengan garis pantai yang panjang dan ombak yang kecil  membuat pantai Kuala Meurisi sangat aman untuk bermain air di tepi pantai. Untuk menikamati deburan ombak dari tepi pantai anda bisa menggelar tikar, merasakan hawa sejuk hembusan angin pantai. Tak jarang juga Pantai kuala Meurisi dijadikan lokasi berselancar bagi peselancar karena ombaknya sangat cocok untuk olahraga air.

Rabu, 25 November 2015

MUSEUM TSUNAMI ACEH


Berkunjung ke Aceh tidak lengkap rasanya jika tidak singgah ke Museum Tsunami Aceh, Museum ini merupakan sebuah museum di Banda Aceh yang dirancang sebagai monumen simbolis untuk bencana gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 sekaligus pusat pendidikan dan tempat perlindungan darurat andai tsunami terjadi lagi.Museum Tsunami Aceh dirancang oleh arsitek asal Indonesia, Ridwan Kamil. Museum ini merupakan sebuah struktur empat lantai dengan luas 2.500 m² yang dinding lengkungnya ditutupi relief geometris. Di dalamnya, pengunjung masuk melalui lorong sempit dan gelap di antara dua dinding air yang tinggi — untuk menciptakan kembali suasana dan kepanikan saat tsunami. Dinding museum dihiasi gambar orang-orang menari Saman, sebuah makna simbolis terhadap kekuatan, disiplin, dan kepercayaan religiussuku Aceh.[2] Dari atas, atapnya membentuk gelombang laut. Lantai dasarnya dirancang mirip rumah panggung tradisional Aceh yang selamat dari terjangan tsunami.
Bangunan ini memperingati para korban, yang namanya dicantumkan di dinding salah satu ruang terdalam museum, dan warga masyarakat yang selamat dari bencana ini.
Selain perannya sebagai tugu peringatan bagi korban tewas, museum ini juga berguna sebagai tempat perlindungan dari bencana semacam ini pada masa depan, termasuk "bukit pengungsian" bagi pengunjung jika tsunami terjadi lagi.

KEINDAHAN MASJID BAITURRAHMAN SAAT MALAM HARI



Masjid Baiturrahman merupakan kebanggaan masyarakat Aceh yang tidak hanya dikenal oleh rakyat Indonesia saja namun telah terkenal ditingkat internasional, Masjid Baiturrahman adalah sebuah masjid Kesultanan Aceh yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam pada tahun 1022 H/1612 M. Bangunan indah dan megah yang mirip dengan Taj Mahal di India ini terletak tepat di jantung Kota Banda Aceh dan menjadi titik pusat dari segala kegiatan di Aceh Darussalam.
Sewaktu Kerajaan Belanda menyerang Kesultanan Aceh pada agresi tentara Belanda kedua pada Bulan Shafar 1290 Hijriah/10 April 1873 Masehi, Masjid Raya Baiturrahman dibakar. Kemudian, pada tahun 1877 Belanda membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman untuk menarik perhatian serta meredam kemarahan Bangsa Aceh. Pada saat itu Kesultanan Aceh masih berada di bawah pemerintahan Sultan Muhammad Daud Syah Johan Berdaulat yang merupakan Sultan Aceh yang terakhir.
Sebagai tempat bersejarah yang memiliki nilai seni tinggi, Masjid Raya Baiturrahman menjadi objek wisata religi yang mampu membuat setiap wisatawan yang datang berdecak kagum akan sejarah dan keindahan arsitekturnya, dimana Masjid Raya Baiturrahman termasuk salah satu Masjid terindah di Indonesia yang memiliki arsitektur yang memukau, ukiran yang menarik, halaman yang luas dengan kolam pancuran air bergaya Kesultanan Turki Utsmani dan akan sangat terasa sejuk apabila berada di dalam Masjid ini.“Wahai sekalian mukmin yang bernama orang Aceh! Lihatlah! Saksikan sendiri dengan matamu! Masjid kita dibakarnya! Mereka menentang Allah Subhanahuwataala! Tempatmu beribadah dibinasakannya! Nama Allah dicemarkannya! Camkanlah itu! Janganlah kita melupakan budi si kafir yang serupa itu! Masih adakah orang Aceh yang suka mengampuni dosa si kafir yang serupa itu? Masih adakah orang Aceh yang suka menjadi budak kafir Belanda?” (Szekely Lulofs, 1951:59).Pada masa Kesultanan Aceh Darussalam, Selain Masjidil Haram di kota suci Makkah, Masjid Raya Baiturrahman ini juga menjadi salah satu pusat pembelajaran agama Islam yang dikunjungi oleh orang-orang yang ingin mempelajari Islam dari seluruh penjuru dunia.
Pada tanggal 26 Maret 1873 Kerajaan Belanda menyatakan perang kepada Kesultanan Aceh, mereka mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citadel Van Antwerpen. Pada 5 April 1873, Belanda mendarat di Pante Ceureumen di bawah pimpinan Johan Harmen Rudolf Köhler, dan langsung bisa menguasai Masjid Raya Baiturrahman. Köhler saat itu membawa 3.198 tentara. Sebanyak 168 di antaranya para perwira. Namun peperangan pertama ini dimenangkan oleh pihak Kesultanan Aceh, dimana dalam peristiwa tersebut tewasnya Jendral Johan Hermen Rudolf Kohler yang merupakan Jendral besar Belanda akibat ditembak dengan menggunakan senapan oleh seorang pasukan perang Kesultanan Aceh yang kemudian diabadikan tempat tertembaknya pada sebuah monumen kecil dibawah Pohon Kelumpang yang berada di dekat pintu masuk sebelah utara Masjid Raya Baiturrahman.
Sebagai markas perang dan benteng pertahanan rakyat Aceh, Pada saat itu, Masjid Raya Baiturrahman digunakan sebagai tempat bagi seluruh pasukan perang Kesultanan Aceh berkumpul untuk menyusun strategi dan taktik perang. Sejarah mencatat bahwa pahlawan-pahlawan nasional Aceh seperti Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien turut serta mengambil andil dalam mempertahankan Masjid Raya Baiturrahman.
Masjid Raya Baiturrahman terbakar habis pada agresi tentara Belanda kedua pada tanggal 10 April bulan Shafar 1290H/April 1873 M yang dipimpin oleh Jendral van Swieten. Tindakan Belanda yang membakar Masjid Raya Baiturrahman yang merupakan masjid kebanggaan milik Kesultanan Aceh Darussalam inilah yang membuat rakyat Aceh murka sehingga melakukan perlawanan yang semakin hebat untuk mengusir Belanda dari Kesultanan Aceh. Pembakaran Masjid Raya Baiturrahman yang dilakukan oleh pihak Belanda ini membuat salah seorang putri terbaik Aceh, Cut Nyak Dhien sangat marah dan berteriak dengan lantang tepat di depan Masjid Raya Baiturrahman yang sedang terbakar sambil membangkitkan semangat Jihad Fillsabilillah Bangsa Aceh.
Empat tahun setelah Masjid Raya Baiturrahman itu terbakar, pada pertengahan shafar 1294 H/Maret 1877 M, dengan mengulangi janji jenderal Van Sweiten dan sebagai permintaan maaf juga untuk meredam kemarahan rakyat Aceh maka Gubernur Jenderal Van Lansberge menyatakan akan membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman yang telah terbakar itu.
Kerajaan Belanda membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman pada saat Sultan Muhammad Daud Syah Johan Berdaulat masih bertahta sebagai Sultan Aceh yang terakhir.
Pernyataan ini diumumkan setelah diadakan permusyawaratan dengan kepala-kepala negeri disekitar Kota Banda Aceh. Dimana disimpulkan bahwa pengaruh Masjid sangat besar kesannya bagi rakyat Aceh yang 100% beragama Islam. Janji tersebut dilaksanakan oleh Jenderal Mayor Jenderal Karel Van Der Heijden selaku gubernur militer Aceh pada waktu itu dan tepat pada hari Kamis 13 Syawal 1296 H/9 Oktober 1879 M, diletakan batu pertamanya yang diwakili oleh Tengku Qadhi Malikul Adil.
Masjid Raya Baiturrahman ini selesai dibangun kembali pada tahun 1299 H dengan hanya memiliki satu kubah. Pada tahun 1935 M, Masjid Raya Baiturrahman diperluas bagian kanan dan kirinya dengan tambahan dua kubah. Perluasan ini dikerjakan oleh Jawatan Pekerjaan Umum (B.O.W) dengan biaya sebanyak F. 35.000,- (tiga puluh lima ribu gulden) dengan pimpinan proyek Ir. M. Thahir dan selesai dikerjakan pada akhir tahun 1936 M.
Usaha perluasan dilanjutkan oleh sebuah panitia bersama yaitu Panitia Perluasan Masjid Raya Kutaraja. Dengan keputusan menteri tanggal 31 Oktober 1975 disetujui pula perluasannya yang kedua dan pelaksanaannya diserahkan pada pemborong NV. Zein dari Jakarta. Perluasan ini bertambah dua kubah lagi dan dua buah menara sebelah utara dan selatan. Dengan perluasan kedua ini Masjid Raya Baiturrahman mempunyai lima kubah dan selesai dekerjakan dalam tahun 1967 M.
Rakyat Aceh berkumpul di pelataran Masjid Raya Baiturrahman
Dalam rangka menyambut Musabaqah Tilawatil Qur’an Tingkat Nasional ke-XII pada tanggal 7 s/d 14 Juni 1981 di Banda Aceh, Masjid Raya Baiturrahman diperindah dengan peralatan, pemasangan klinkers di atas jalan-jalan dalam pekarangannya. Perbaikan dan penambahan tempat wudu dari porselin dan pemasangan pintu krawang, lampu chandelier, tulisan kaligrafi ayat-ayat Al-Qur’an dari bahan kuningan, bagian kubah serta instalasi air mancur di dalam kolam halaman depan.
Pada tahun 1991-1993, Masjid Raya Baiturrahman melaksanakan perluasan kembali yang disponsori oleh Gubernur Dr. Ibrahim Hasan, yang meliputi halaman depan dan belakang serta masjidnya itu sendiri. Bagian masjid yang diperluas, meliputi bagian lantai masjid tempat Shalat, perpustakaan, ruang tamu, ruang perkantoran, aula dan tempat wudu. Sedangkan perluasan halaman meliputi, taman dan tempat parkir serta satu buah menara utama dan dua buah minaret. Sehingga luas ruangan dalam Masjid menjadi 4.760 m2 berlantai marmer buatan Italia, jenis secara dengan ukuran 60 × 120 cm dan dapat menampug 9.000 jamaah.
Masjid Raya Baiturrahman sekarang.
Dengan perluasan tersebut, Masjid Raya Baiturrahman sekarang memiliki 7 kubah, 4 menara, dan 1 menara induk. Dari masa ke masa masjid ini telah berkembang pesat baik ditinjau dari segi arsitektur maupun kegiatan kemasyarakatan. Sesuai dengan perkembangan, luas area Masjid Raya Baiturrahman ± 4 Ha, di dalamnya terdapat sebuah kolam, menara induk dan bagian halaman lainya ditumbuhi rumput yang ditata dengan rapi dan indah diselingi tanaman/pohon hias.
Saat bencana tsunami meluluh lantakan Tanah Rencong Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 lalu, Masjid Raya Baiturrahman masih tetap berdiri dengan megahnya, ombak tsunami yang mulai membasahi Bumi Aceh sungguh tak mampu menghancurkan rumah Allah ini. Pada saat itu Masjid Raya Baiturrahman menjadi tempat bagi rakyat Aceh berlindung juga sebagai tempat evakuasi jenazah para korban tsunami yang bergelimpangan.
Setelah melewati berbagai peristiwa-peristiwa bersejarah, sampai saat ini Masjid Raya Baiturrahman masih tetap berdiri kokoh sebagai simbol agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme Suku Aceh.

TAPAK TUAN TAPA

Mengagumkan itulah hal yang terlintas dibenak setiap manusia jika  melihat pemandangan ini, bentuknya menyerupai seperti telapak kaki manusia atau bahasa acehnya tapak. Mungkin karena bentuknya inilah maka diberi nama dengan Tapak Tuan Tapa. Kisah lagendaris Tuan Tapa hingga saat ini cukup terkenal ke seantero masyarakat Aceh bahkan luar Aceh yang terus diburu oleh setiap pengunjung dan wisatawan. Jarak tapak raksasa dari pintu masuk sekitar satu kilometer dengan berjalan kaki dan menaiki anak tangga yang lumanyan banyak. Selain ke Tapak raksasa, Anda dapat menikmati indahnya laut lepas dan pemandangan kota Tapaktuan dari menara di atas bukit Tuan Tapa, juga gunung yang berbentuk gadis tidur, karang yang menyerupai topi atau kopiah Tuan Tapa.

Selasa, 24 November 2015

PUNCAK GUNUNG SEULAWAH


Gunung Seulawah Agam Kabupaten Aceh Besar. Seulawah Agam kaya akan berbagai Flora dan Fauna. Sebut saja Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatraensis), Kedih (Presbytis Thomasi), Burung Rangkong (Buceros Rhinocerous), dan Jamur (Fungi) berbagai species serta satwa-satwa lainnya. Menurut kabar, nantinya Seulawah Agam dan kembarannya Seulawah Inong akan dijadikan sebagai kawasan konservasi. Itu penting, mungkin saja mengingat perambahan kayu kian marak saja di sana.

WISATA TAMAN HUTAN


             Secara administratif berada di Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Keadaan topografi Tahura Pocut, umumnya berbukit-bukit. Sebagian kecil adalah dataran dengan status sebagai hutan negara bebas dengan ketinggian 0 sampai 40 meter di atas permukaan laut (DPL) dan berada di kaki Gunung Seulawah Agam. Tahura Pocut menyimpan berbagai jenis flora yang didominasi kayu Pinus (Pinus mercusii) dan Akasia (Acasia auriculiformis) seluas 250 Ha, dan padang alang-alang yang luasnya 5.000 hektar atau 20 persen yang diselingi hutan-hutan muda. Objek Wisata Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan mempunyai sejarah panjang sebelum ditetapkan menjadi Tahura. Sejak tahun 1930 kawasan Seulawah Agam telah ditetapkan menjadi kawasan hutan.

             Pada tahun 1990 Pemda Daerah Istimewa Aceh, melalui SK Gubernur Kepala D.I. Aceh No. 522.51/442/1990 tanggal 4 September 1990 membentuk Tim Taman Hutan Raya Seulawah. Luas peruntukannya mencapai 25.000 hektar, dari luas tersebut akan dipilih 10.000 hektar yang dianggap layak dan dapat mewakili keanekaragaman potensi flora, fauna maupun potensi fisik lainnya yang ada. Ternyata dari luas yang diperkirakan awal 10.000 ha, hanya 6.300 ha yang ditetapkan sebagai luas areal Tahura, dan nama Tahura Seulawah kemudian ditetapkan menjadi Tahura Pocut Meurah Intan. Tahura Meurah Intan terletak di gugusan kawasan hutan Seulawah Agam, berjarak 70 kilometer dari Kota Banda Aceh, di dominasi vegetasi hutan pegunungan dan Pinus Merkusi. 

             Penyebaran jenis-jenis flora ini hampir merata di semua kawasan, mulai hutan pantai, hutan dataran rendah hingga hutan dataran tinggi. Sedangkan jenis fauna antara lain Rusa (Cervus unicolor), Babi (Sus Scrofa), Landak (Hystrik brachyura), Kancil, Kera ekor panjang, Burung sri gunting, Burung sempala, Ayam hutan, dan Lutung. Di samping itu dijumpai juga jenis mamalia besar di antaranya Gajah (Elephas maximus). Penyebaran jenis fauna hampir merata di seluruh kawasan. Alamnya yang potensial sebagai tempat wisata karena didapati sejumlah obyek alam menarik, seperti air terjun berair panas, sumber air panas, kawah ie juk, kawah belerang, tempat mengasin satwa, kubangan gajah, rumah, kolam, saluran pembagi air, bendungan tua peninggalan Belanda, mata air, lembah Mon Jasa Ma, Makan Tgk. Lamcut, Mesjid Tgk. Keumuruh, tebing batu bersusun, lintasan gajah, lantai gunung berbatu, alur besar berbatu, gunung gajah, batu monyet, tempat bermain

AIR TERJUN SUHOM


Dari Banda Aceh menuju ke lokasi air terjun, terhampar pemandangan pantai yang menakjubkan dengan keindahan yang luar biasa, deburan ombak dan pasir putih terlihat dekat di sepanjang jalan, dan tampak pula barisan pegunungan yang tinggi dan indah. Lokasi wisata alam Air Terjun Suhom, ramai dikunjungi pada hari libur , di tempat ini terdapat pemandu wisata yang berasal dari warga lokal


Letak air terjun Suhom sangat strategis karena  berada di tengah panorama alam yang indah dan alami. Di sekitarnya terdapat banyak pohon durian, pada musim durian banyak yang berjualan durian di sekitar air terjun. di sekitar air terjun juga terdapat lokasi yang dapat digunakan untuk berkemah (camping).


Air terjun yang deras ini juga merupakan salah satu sumber energi listrik bagi masyarakat di sekitar Desa Kreung Kala. Sebuah pembangkit listrik tenaga mikrohidro kini telah dibangun di dekat air terjun dan dioperasikan untuk mengaliri listrik kepada penduduk Desa Kreung Kala. 

Senin, 23 November 2015

KEINDAHAN PANTAI IBOIH


             Pantai Iboih atau  sering disebut juga dengan Teupin Layeu, terletak di sebelah barat Pulau Weh, ujung barat Pulau Sumatera juga merupakan salah satu pantai populer yang ada di Pulau Sumatera yaitu Pantai Iboih. . Pantai di Sumatera ini menawarkan berbagai macam keindahan yang akan membuat wisatawan yang berkunjung terkesan. Pantai Iboih sebenarnya merupakan pelabuhan yang digunakan untuk menuju ke Pulau Rubiah. Meskipun sebuah pelabuhan, namun keindahan Pantai Iboih tidak diragukan lagi. Air lautnya yang jernih dan memiliki warna gradasi hijau biru ditambah hamparan pasir putihnya yang bersih dan dikelilingi oleh hutan lindung, Iboih bagaikan “surga” tersembunyi yang memiliki nuansa tenang dan damai.
           Di Pantai Iboih, wisatawan akan dihadapkan dengan banyak titik penyelaman. Mungkin tak cukup sehari untuk menikmati isi bawah airnya. Terutama jika ingin diving di daerah ini. Selain itu, Pantai Gapang, Sumur Tiga, dan Tugu Nol Kilometer juga menjadi objek rekreasi yang menarik di Pulau Weh. Bila ada kesempatan ajaklah orang setempat untuk berbincang mengenai sejarah Aceh, kerajaannya, hingga refleksi tsunami 2004 lalu.

MENIKMATI BIRUNYA PANTAI LHOKNGA



           Pantai Lhoknga terletak dikecamatan Lhoknga, sekitar 20 km dari Banda Aceh, pengunjung hanya memerlukan waktu sekitar 30 menit dari Kota Banda Aceh untuk menikmati indahnya panorama Pantai Lhoknga. Pantai Lhoknga memiliki keindahan pasir putih dengan sedikit bebatuan, air laut yang biru jernih, dengan jajaran pohon kelapa dan pohon cemara membuat suasana menjadi lebih nyaman bagi para pengunjung. Selain itu Pnati Lhoknga merupakan salah satu pantai di Aceh Besar yang menjadi favorit para peselancar, termasuk peselancar internasional.
           Umumnya, para peselancar mengenal ada dua tipe ombak berbeda di bulan-bulan tertentu di Lampuuk. Bulan Juni hingga November di saat musim angin Barat terkenal dengan ombak pantainya (beach break), sedangkan di bulan Desember hingga Mei saat angin Timur berhembus terkenal dengan ombak karangnya (reef break). Para peselancar pun mengenal ada lima titik ombak yang bisa dinaiki peselancar di Lampuuk. Yang pertama adalah 'Left Hander Point', yaitu ombak kiri yang berjarak 300 meter dari bibir pantai yang amat cocok bagi mereka yang baru mengenal selancar. 
Kedua adalah 'Cemara Right Point', yaitu ombak kanan berjarak sekitar 300 meter dari pantai. Kedua titik ini menjadi titik favorit bagi para peselancar asal Negeri Sakura Jepang. Selanjutnya, 'Peak Point' yaitu ombak kanan dan kiri yang berjarak 300 meter dari pantai. Arusnya yang kuat membuat para peselancar harus lebih berhati-hati disini. Seorang peselancar lokal yang tewas ketika Tsunami 2004 bernama Suri diabadikan menjadi nama titik keempat, yaitu 'Suri Point' yang berjarak 200 meter dari pantai. Semasa hidupnya, Suri adalah spesialis di titik ini. Terakhir, 'Out Side Right Hander' yaitu Ombak kanan yang berjarak 500 meter dari pantai yang memiliki arus kuat dan berbahaya. Pantai dengan jarak kurang lebih 22 kilometer dari Banda Aceh ini juga menjadi spot yang bagus untuk menikmati matahari terbenam. Suasana sore hari di Lhoknga terasa lebih sunyi dan damai. 

Kamis, 19 November 2015

HIJAUNYA PUNCAK GUNONG GOH



            Mendengar nama Gunong Goh  maka yang terlintas dalam benak warga aceh adalah sebuah gunung yang memiliki bentu seperti goh leumo agam (dalam bahasa aceh) atau pundak lembu jantan dalam bahasa indonesia, gunong goh merupakan sebuah bukit dengan ketinggian sekitar 800 mdpl.                Gunong Goh terletak di desa Salah Sirong Kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireuen-Provinsi Aceh. Sampai saat ini belum ada pendaki yang berhasil menaklukkan puncak gunung goh sehingga dengan hal ini sejumlah cerita mistis kerap menghiasi indahnya panorama bukit goh karena para pendaki hanya bisa mengilinginya dan tanpa bisa berkelana dan bercumbu dengan indahnya puncak gunong goh yang menyimpan banyak misteri.

Rabu, 18 November 2015

PESONA PULAU WEH


Sebagai pulau paling barat  di negara Indonesia menjadikan Pulau Weh sebagai destinasi wisata yang populer di kalangan wisatawan. Bersiaplah, karena pulau yang merupakan bagian dari NAD ini menyimpan sejuta pesona untuk Anda jelajahi!

Bicara tentang Pulau Weh, Anda boleh saja teringat akan Tugu Nol Kilometer. Namun rupanya, pemerintah Indonesia telah menetapkan wilayah seluas 60 kilometer persegi, ke arah dalam dan luar pulau, sebagai suaka alam. Objek-objek wisata baik di darat maupun lautnya menyatukan wisata alam, sejarah, dan ekosistem yang terkandung di dalamnya.

Sabang merupakan kota terbesar di pulau ini, yang terbagi menjadi Kota Atas dan Kota Bawah. Kota Atas terletak di sebelah utara, memiliki deretan gedung kolonial peninggalan Belanda serta pemandangan teluk yang indah. Sedangkan Kota Bawah terletak di sebelah selatan Sabang, merupakan pemukiman tradisional dengan banyak toko, restoran, serta warung-warung yang menyajikan kopi Aceh yang terkenal.

Walaupun memiliki luas hanya 156,3 kilometer persegi, Anda sebaiknya menyewa kendaraan baik motor maupun mobil untuk berkeliling. Dengan begitu, Anda bisa menyusuri Pulau Weh mulai dari Pelabuhan Balohan, lalu bertolak ke arah Timur. 

Senin, 16 November 2015

AIR TERJUN BLANG KOLAM

 
Air Terjun Blang Kolam
Air Terjun Blang Kolam
Air Terjun Blang Kolam berada di Desa Sidomulyo, Aceh Utara, bisa ditempuh dalam waktu lebih kurang 30 menit dari Lhokseumawe. Tempat wisata alam yang satu ini sayang, jika anda lewatkan. Karena di sini, anda bisa melihat air terjun kembar setinggi 75 meter dan dikelilingi sejumlah pepohonan yang rindang. Di tempat ini banyak orang yang bermain air di sekitar air terjun, berendam di kolam tampungan air terjun, atau hanya sekedar bersantai di tepiannya saja. Di Air Terjun Blang Kolam, anda juga bisa berkemah dan menikmati alam bebas hanya dengan tarif Rp 5.000 per orang.

INDAHNYA DANAU LAUT TAWAR




                Takengon merupakan ibukota Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi AcehIndonesia. Kota Takengon terletak di sisi Danau Laut Tawar, di tengah-tengah wilayah provinsi Aceh. Kawasan ini merupakan dataran tinggi yang berhawa sejuk dengan ketinggian sekitar 1200 m di atas permukaan laut. Banyak terdapat tempat wisata di kawasan ini, di antaranya adalah Danau Laut Tawar,Gua Puteri PukesPantan Terong. Penduduk kota Takengon terdiri dari beragam suku dan etnis: Suku Aceh adalah suku terbesar paling dominan datang dari kabupaten Pidie dan Pidie Jaya, selain itu suku lain nya adalah TionghoaMinangkabau,Gayo, dan Jawa.
               Takengon juga terkenal dengan danaunya yang indah dan luas, danau tersebut dikenal dengan nama danau laut tawar, selain sebagai tempat wisata danau ini juga berfungsi sebagai sumber air bersih bagi penduduk setempat. ciri khas dari danau ini adalah adanya ikan yang bernama ikan depik yang hanya ada di danau tersebut. Ikan depik merupakan ikan yang berbentuk memanjang mirip dengan ikan teri. Ikan ini merupakan anugerah Tuhan bagi warga Takengon yang tidak pernah habis walaupun terus dikonsumsi oleh masyarakat setempat.